Kamis, 21 Juni 2012

perbedaan nabi dan rasul

Perbedaan nabi dan rasul

Rasul adalah laki-laki yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada kaumnya pada zamannya. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan Rukun Iman yang keempat dalam Islam.

Para Nabi boleh menyampaikan wahyu yang diterimanya tetapi tidak punya kewajiban atas umat tertentu atau wilayah tertentu. Sementara, kata "rasul" berasal dari kata risala yang berarti penyampaian. Karena itu, para rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai nabi, bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau wilayah tertentu. Dari semua rasul, Muhammad sebagai 'Nabi Penutup' yang mendapat gelar resmi di dalam Al-Qur'an Rasulullah adalah satu-satunya yang kewajibannya meliputi umat dan wilayah seluruh alam semesta 'Rahmatan lil Alamin'.

adab terhadap AL-QUR'AN

Adab terhadap Al-Qur'an

Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.[3]

Pendapat pertama

Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.
Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)
Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Pendapat kedua

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci/bersih, yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek). Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci” [4]Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”[5]

Hubungan dengan kitab-kitab lain

Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
  • Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
  • Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
  • Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
  • Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

PENAFSIRAN AL-QUR'AN

Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Terjemahan

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
  1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
  2. Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
  3. An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
  4. Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
Terjemahan dalam bahasa Inggris antara lain:
  1. The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
  2. The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
  1. Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
  2. Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
  3. Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
  4. Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
  5. Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
  6. Al-Amin (bahasa Sunda)
  7. Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa Benteng Sidrap Sulsel)

AL-QUR'AN KITABKU

Nama-nama lain Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
  • Al-Kitab QS(2:2),QS (44:2)
  • Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
  • Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
  • Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat): QS(10:57)
  • Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
  • Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
  • Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
  • Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
  • At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
  • Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
  • Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
  • Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
  • Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
  • Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
  • An-Nur (cahaya): QS(4:174)
  • Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
  • Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
  • Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

Struktur dan pembagian Al-Qur'an

Al-Qur'an yang sedang terbuka.

Surat, ayat dan ruku'

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.[rujukan?]

Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf

Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[2]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

Penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasullulah SAW

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Selasa, 19 Juni 2012

ASMAUL HUSNA

AL-ASMAUL-HUSNA (Nama-nama Allah Yang Indah)
Berikut adalah senarai 99 nama-nama Allah dalam Islam. "Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia) maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan." Surah Al-A'raf, ayat 180.
"(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan "zikrullah". Ketahuilah dengan "zikrullah" itu, tenang tenteramlah hati manusia." Surah Ar-Ra'd, ayat 28.
Allah
Ar-Rahman
Ar-Raheem
Al-Malik
Al-Malik (Maha Memiliki Menguasai Seluruh Alam)
Ar-Rahim (Maha Penyayang)
Ar-Rahman (Maha Pemurah)
Allah subhana huwa Taala
Al-Qudduus
As-Salaam
Al-Mumin
Al-Muhaymin
Al-Muhaimin (Maha Memelihara)
Al-Mukmin (Maha Mengurniakan Keamanan)
As-Salaam (Maha Sejahtera)
Al-Quddus (Maha Suci)
Al-Khaaliq
Al-Mutakabbir
Al-Jabbaar
Al-Aziz
Al-Khaaliq (Maha Menciptakan)
Al-Mutakabbir (Maha Memiliki Segala Keagungan)
Al-Jabbar (Maha Kuasa)
Al-Aziz (Maha Perkasa)
Al-Qahhaar
Al-Ghaffaar
Al-Musawwir
Al-Baari
Al-Qahhar (Maha Mengalahkan)
Al-Ghaffar (Maha Pengampun)
Al-Musawwir (Maha Membentuk Rupa)
Al-Baari (Maha Mengadakan)
Al-Aleem
Al-Fattah
Ar-Razzaq
Al-Wahhab
Al-Alim (Maha Mengetahui)
Al-Fattah (Maha Pemberi Keputusan)
Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki)
Al-Wahhab (Maha Pemberi Kurnia)
Ar-Raafey
Al-Khaafidh
Al-Baasit
Al-Qaabidh
Ar-Rafi (Maha Meninggikan)
Al-Khaafiz (Maha Merendahkan)
Al-Baasit (Maha Melapangkan)
Al-Qaabiz (Maha Menyempitkan)
Al-Baseer
As-Samii
Al-Mudhill
Al-Muizz
Al-Basir (Maha Melihat)
As-Sami' (Maha Mendengar)
Al-Mudhill (Yang Menghinakan)
Al-Muizz (Maha Memuliakan)
Al-Khabeer
Al-Lateef
Al-Adl
Al-Hakam
Al-Khabir (Maha Berwaspada)
Al-Latif (Maha Lemah Lembut)
Al-Adl (Yang Mempunyai Keadilan)
Al-Hakam (Maha Mengadili)
As-Shakur
Al-Ghafoor
Al-Adheem
Al-Haleem
As-Shakur (Maha Mensyukuri)
Al-Ghafur (Maha Pengampun)
Al-Adhim (Maha Besar)
Al-Halim (Maha Penyantun)
Al-Muqeet
Al-Hafeedh
Al-Kabeer
Al-Ali
Al-Muqit (Maha Perkasa)
Al-Hafiz (Maha Memelihara)
Al-Kabir (Maha Berwaspada)
Al-Ali (Maha Tinggi)
Ar-Raqeeb
Al-Kareem
Al-Jaleel
Al-Haseeb
Ar-Raqib (Maha Mengawasi)
Al-Karim (Maha Pemurah)
Al-Jalil (Maha Mulia)
Al-Hasib ( Amat Dihormati)
Al-Waduud
Al-Hakeem
Al-Waasey
Al-Mujeeb
Al-Wadud (Maha Pengasih)
Al-Hakim (Maha Bijaksana)
Al-Waasi' (Maha Lapang)
Al-Mujib (Maha Memperkenankan)
Al-Haq
As-Shaheed
Al-Baaith
Al-Majeed
Al-Haq (Maha Benar)
As-Shahid (Maha Menyaksikan)
Al-Baaith (Maha Membangkitkan Semula)
Al-Majid (Maha Mulia)
Al-Wali
Al-Mateen
Al-Qawi
Al-Wakeel
Al-Wali (Maha Memerintah)
Al-Matin (Maha Kuat)
Al-Qawi (Maha Kuat)
Al-Wakil (Maha Mentadbir)
Al-Mueed
Al-Mubdi
Al-Muhsi
Al-Hameed
Al-Muid (Maha Memulihkan)
Al-Mubdi (Maha Pencipta dari Asal)
Al-Muhsi (Maha Menghitung)
Al-Hamid (Maha Terpuji)
Al-Qayyum
Al-Hai
Al-Mumeet
Al-Muhyi
Al-Qayyum (Maha Berdikari)
Al-Hai (Yang Hidup Kekal)
Al-Mumit (Maha Pemusnah)
Al-Muhyi (Maha Menghidupkan)
Al-Ahad
Al-Waahid
Al-Maajid
Al-Waajid
Al-Ahad (Maha Esa)
Al-Waahid (Maha Tunggal)
Al-Maajid (Maha Mulia)
Al-Waajid (Maha Mencarikan)
Al-Muqaddim
Al-Muqtadir
Al-Qaadir
As-Samad
Al-Muqaddim (Maha Menyegerakan)
Al-Muqtadir (Maha Berkuasa)
Al-Qaadir (Maha Berkuasa)
As-Samad (Tumpuan Segala Hajat)
Adh-Dhaahir
Al-Aakhir
Al-Awwal
Al-Muakkhir
Adh-Dhaahir
Al-Aakhir (Maha Akhir)
Al-Awwal (Maha Awal)
Al-Muakkhir ( Maha Penangguh)
Al-Barr
Al-Muta-aali
Al-Waali
Al-Baatin
Al-Barr (Maha Membuat Kebajikan)
Al-Muta-aali (Maha Tinggi)
Al-Waali (Maha Melindungi)
Al-Baatin (Maha Tersembunyi)
Ar-Ra-uf
Al-Afuw
Al-Muntaqim
At-Tawwaab
Ar-Rauf (Maha Pengasih)
Al-Afuw (Maha Pemaaf)
Al-Muntaqim (Maha Pembalas Dendam)
At-Tawwaab (Maha Menerima Taubat)
Al-Muqsit
Dhul-Jalaali wal Ikraam
Maalik-ul-Mulk
Al-Muqsit (Maha Saksama)
Dhul-Jalaali wal Ikraam
Maalik-ul-Mulk
Al-Maaney
Al-Mughni
Al-Ghani
Al-Jaamey
Al-Maane (Maha Melarang)
Al-Mughni (Maha Memakmurkan)
Al-Ghani (Maha Kaya)
Al-Jami' (Maha Mengumpulkan)
Al-Haadi
An-Nur
An-Naafey
Adh-Dhaarr
Al-Haadi (Maha Petunjuk)
An-Nur (Maha Bercahaya)
An-Naafi' (Memberi Manfaat)
Adh-Dhaarr
As-Sabur
Ar-Rasheed
Al-Waarith
Al-Baaqi
As-Sabur (Maha Penyabar)
Ar-Rashid (Maha Bijaksana)
Al-Waarith (Maha Mewarisi)
Al-Baaqi (Maha Kekal)